Oleh: Susilo Hadi Prayitno (PDM Pemalang)
Di beberapa daerah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) sering disebut sebagai gerakan yang punya peranan penting dan merupakan ujung tombak. Ironisnya, justru dilevel inilah tantangan terbesar sering muncul: Minimnya sumber daya manusia, lemahnya koordinasi, dan yang cukup krusial adalah amal usaha yang belum mampu sebagai penyangga gerakan.
Amal usaha Muhammadiyah adalah etalase dari gerakan dakwah: sekolah, klinik, PKU Muhammadiyah, koperasi, hingga usaha ekonomi dibidang pertokoan. Tapi saat AUM hanya bisa jalan di tempat, tidak berkembang , mengalami kemunduran atau bahkan mati total, maka secara menyeluruh organisasi muhammadiyah pun ikut terdampak. Lebih dari itu, gerakan dakwah di akar rumput pun ikut kehilangan energi bahkan tidak berdaya sama sekali.
Revitalisasi PCM menjadi keniscayaan, bukan pilihan. Revitalisasi dan penguatan bukan hanya soal struktur organisasi yang lengkap, tapi menyangkut beberapa hal penting diantaranya: Revitalisasi ekonomi dengan AUM yang sehat, konsolidasi dan sinergitas kader yang berkelanjutan dan kepemimpinan yang mampu membangun sinergi dan visi ke depan.
Rapat Pleno PDM seharusnya menjadi titik awal membangun kesadaran kolektif, bahwa kebangkitan Muhammadiyah di tingkat daerah tidak akan berarti jika PCM lemah dan AUM tidak berjalan. Maka dibutuhkan keberanian untuk mengevaluasi secara terbuka dan menyusun langkah konkret, bukan sekadar membuat laporan tahunan.
Saatnya kita tidak hanya sekadar bergerak, tetapi bergerak dengan arah yang berkemajuan. Struktural PCM harus direvitalisasi dan diperkuat, nilai -nilai spiritual dan finansial harus diutamakan.
Amal usaha perlu dikelola dengan managemen yang profesional,agar lebih bermanfaat. Jika PCM diperkuat, diperkokoh, amal usaha muhammadiyah hidup dan sehat maka gerakan muhammadiyah akan bermanfaat untuk kemajuan umat.
