PCM Comal Gelar Sholat Id di Masjid At-Taqwa, Begini Pesan Ketua PCM Cilengsi Bogor
Pemalang – Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Comal menggelar Sholat Idul Fitri di Masjid At-Taqwa, Comal Pemalang. Senin(31/3/2025). Dihadiri oleh ratusan jamaah. Sholat Id berlangsung dengan khidmat dan penuh kekhusyukan, dipimpin oleh imam sekaligus khatib Ustad Mustopa Idris M.E.I Ketua PCM Cileungsi Bogor.
Dalam khutbahnya, khatib menyampaikan pesan tentang hari ini ramadhan telah pergi meninggalkan kita sekalian, Kepergian Ramadhan tentu bukanlah tanpa Kesan dan pesan, paling tidak ada 6 pesan penting yang bisa kita jadikan pelajaran sebagai bukti berhasilnya Ramadhan yang kita Jalani dan 6 pesan ini, seharusnya mampu kita jaga sebagai sebuah pegangan dalam menjalani aktivitas kehidupan kita sehari hari selama 11 bulan yang akan datang.
- Ramadhan mengajarkan kepada kita agar tidak gampang melakukan perbuatan dosa
Ibadah Ramadhan yang kita kerjakan dengan sebaik-baiknya membuat kita telah mendapatkan jaminan ampunan dari Allah swt atas dosa-dosa yang kita perbuat selama ini, sebagaimana yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw dalam sebuah hadist nya
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Oleh karena itu, semestinya setelah melewati ibadah Ramadhan ini
kita tidak gampang lagi melakukan perbuatan dosa dihadapan Allah
swt, apalagi secara harfiyah Ramadan artinya membakar, yakni membakar
seluruh dosa yang pernah kita lakukan, Kalau dosa itu kita ibaratkan seperti pohon, maka kalau sudah dibakar, pohon itu tidak mudah tumbuh kembali, bahkan bisa jadi mati, sehingga dosa-dosa itu tidak mau kita lakukan lagi.
Dengan demikian, jangan sampai dosa yang kita tinggalkan pada bulan Ramadhan itu hanya sekedar menahan diri untuk selanjutnya berbuat dosa kembali sesudah Ramadhan berakhir, dengan kualitas dan kuantitas yang lebih besar. Kalau demikian jadinya, maka ibarat pohon, hal itu bukan dibakar, tapi hanya ditebang sehingga satu cabang ditebang tumbuh lagi tiga, empat bahkan lima cabang yang lain dalam beberapa waktu kemudian.
- Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk peduli terhadap orang lain,
Dengan berpuasa, kita dapat merasakan bagaimana keadaan orang faqir dan miskin, yang hidupnya serba kekurangan. Lapar dan haus yang kita rasakan seharusnya dapat menumbuhkan empati dalam diri kita kepada mereka. Ketika kita merasa lapar dan haus, padahal hanya setahun sekali, maka para faqir itu bisa jadi mengalaminya setiap hari.
Ketika meja makan kita dipenuhi hidangan lezat, mungkin dapur sifaqir berhari-hari tak mengepulkan asap.
Ketika kita mengusap-usap perut kita yang kekenyangan, mungkin saat itu para faqir sedang mengorek-ngorek tempat sampah, mengais sisa-sisa makanan yang terbuang. Ketika kita dengan mudah membuang-buang makanan, pada saat itu bisa jadi para faqir tengah menangis kelaparan. Makanan yang kita anggap sisa bagi mereka boleh jadi lebih berharga dari emas dan permata
- Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk menjaga hubungan baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
Bukankah salah satu ciri orang yang beramal utama di malam lailatul qadr adalah orang yang senantiasa meminta ma’af atas dosa dan kesalahan yang dilakukannya, sesuai dengan do’a yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw :
Allahumma innaka afuwwun (wahai Allah yang maha pema’af) tuhibbul afwa (engkau maha mencintai orang yang meminta ma’af) fa’fuanni (ma’afkan aku ya Allah, ma’afkan aku ya Allah)
maka setelah kita minta ma’af kepada Allah swt, meminta ampun atas segala dosa dan kesalahan yang diperbuat, ramadhan berpesan jangan lupa kita juga harus minta ma’af kepada sesama manusia, karena salah satu ciri manusia bertaqwa dihadapan Allah swt adalah wal aafiina aninnaas (mampu mema’afkan atas kesalahan orang lain) karena dosa kepada manusia, tidak terhapus dengan sebab shalat lima waktu, karena dosa kepada manusia, tidak terhapus dengan sebab melaksanakan puasa 30 hari lamanya di bulan ramadhan,karena dosa kepada sesama manusia tidak terhapus dengan sebab melakukan ibadah haji dan umroh.
- Ramadhan menanamkan rasa takut kepada Allah SWT
Pada siang hari dibulan Ramadhan kita semua tidak makan dan tidak minum padahal makanan dan minuman itu halal, kita tidak menggauli istri kita di siang hari, padahal istri dinikahi dulu dengan akad yang halal, kita juga rela menahan lisan kita untuk tidak mengeluarkan kata-kata yang kotor bahkan kata-kata yang mengandung keburukan, semua itu dapat kita tahan dan dapat kita lewati selama 29 sampai 30 hari lamanya, dengan sebab karena kita takut kepada Allah, takut ibadah kita menjadi ibadah yang sia-sia,
takut menjadi bagian apa yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW
banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan haus.
Untuk itu yang perlu kita bawa setelah keluar dari Ramadhan masuk pada bulan syawal adalah rasa takut kepada Allah SWT.
Karena takut kepada Allah swt hari ini menjadi krisis kita dijaman sekarang, inilah yang menjadi krisis bangsa kita saat ini, suami yang tidak takut lagi kepada Allah swt dia biarkan istrinya memakai pakaian yang tidak sesuai syariat islam, laki-laki yang tidak takut lagi kepada Allah dia biarkan anak perempuannya menggunakan pakaian yg tidak menutup aurat, pemimpin yang tidak takut lagi kepada Allah maka dia khianat terhadap amanah yang diberikan.
Ramadhan seharusnya menjadikan diri kita semakin tunduk dan takut kepada Allah swt, khususnya dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Apapun profesi kita, apapun pekerjaan kita, takutlah kepada Allah swt, seperti takutnya seorang laki-laki shaleh yang diajak berzina oleh perempuan yang cantik lg mempunyai harta dan kedudukan yang tinggi, apa yg dia katakan “sesungguhnya aku takut kepada Allah swt” dan balasan baginya adalah naungan dari Allah swt di hari kiamat, ketika tidak ada lg naungan dari siapapun kecuali dari amal perbuatan yang dilakukan.
- Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk senantiasa memakmurkan masjid
30 hari lamanya kita ramaikan shalat taraweh, kemudian dilanjutkan malamnya dengan tahajjud apa maknanya, kita diajarkan untuk senantiasa meramaikan masjid.
Ketika di Ramadhan masjid ramai dengan suara tilawah, dzikir, takbir dan tasbih tapi ketika keluar Ramadhan masjid kembali sepi dan sunyi maka ini bukan menandakan berhasilnya Ramadhan, berhasilnya Ramadhan bukan berarti ramai masjid di malam-malam Ramadhan, berhasilnya Ramadhan bukan berarti ramai masjid dengan I’tikaf di 10 hari terakhir, tapi bukti berhasilnya Ramadhan adalah ketika masjid mampu di ramaikan dengan shalat-shalat berjamaah diluar Ramadhan.
6.Ramadhan mengajarkan kepada kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang jujur dalam kehidupan
Di saat berpuasa orang dilatih untuk jujur baik terhadap diri nya sendiri maupun terhadap orang lain, sehingga setelah berakhirnya hari-hari Ramadhan diharapkan tidak ada lagi tukang ukur yang mengurangi ukurannya, tidak ada lagi tukang timbang yang mengurangi timbangannya, tidak ada lagi tukang takar yang mengurangi takarannya, tidak ada lagi atasan yang selingkuh dengan
bawahannya, serta lebih jauh dari itu tidak ada lagi korupsi dan manipulasi di segala sektor kehidupan.
Oleh karena itu Ibadah puasa identik dengan pelatihan diri untuk bersikap jujur, Allah swt memerintahkan didalam Al-Qur’an kepada orang-orang yang beriman dan bertaqwa, untuk senantiasa menjaga kejujuran, berkumpul dengan dengan orang-orang yang benar dan memiliki kejujuran.(Red)