MENJADI PELAJAR TANPA PERUNDUNGAN
Hari pertama masuk sekolah telah tiba. Siswa siswi mulai berbaur,tapi tidak dengan Biyan yang lebih memilih duduk berdiam diri.Ia sosok yang selalu menganggap dirinya tak seberuntung dan tak
sesempurna teman – temannya karena kekurangan fisiknya. Ia pincang di kaki kirinya,namun di sisi lain ia anak yang genius. Biyan sebenarnya anak yang lahir dengan sempurna tanpa cacat,hanya saja ia pernah mengalami kecelakaan saat umurnya 11 tahun dan itu membuat kaki kirinya pincang .
Hari kedua di sekolah. Biyan hendak memasuki ruang kelas. Disana sudah ada Dafeer,Erlan,Fadin. Ketiga nya menghadangnya di depan pintu kelas bahkan mendorong nya sampai terjatuh.
“Dafeer,kenapa kamu melakukan ini? Aku tidak ada salah padamu,apa salahku?” Tanya Biyan “Kok balik tanya? Kamu seharusnya sadar! Kalo kamu tuh ga pantes sekolah di sini!!”
“Memangnya kenapa kalo aku sekolah disini? Kan semua orang berhak mendapatkan layanan Pendidikan termasuk aku,lalu kenapa kamu melarang ku?”
“Kamu tuh cacat,Biyan. Tidak pantas sekolah disini. Sekolah ini tempat orang orang normal. Tidak seperti kamu!” Dafeer mengolok – olok Biyan
Kata – kata Dafeer sangat menyakitkan bagi Biyan. Dengan perasaan sedih,ia berjalan ke meja nya, namun tiba – tiba ada fandi teman sekelasnya yang sejak tadi memperhatikan.
“Dafeer,Erlan,Fadin kalian tidak boleh seperti itu!” ujar Fandi “Kenapa? Lagian benar kan,Biyan itu hanya mempermalukan sekolah” “Begini Dafeer,Erlan,Fadin itu bukan perbuatan yang baik”
“Tapi Biyan membuat malu sekolah,Fandi. Kami hanya membantu Biyan agar cepat pindah sekolah” “Apa maksudmu? Biyan pindah?”
“Aduh fandi.. Kamu lihat sendiri dia itu cacat, untuk apa pertahankan anak cacat sepertinya? Buat malu saja!” Ujar Erlan sombong
Mendengar perkataan Erlan, Fandi menggeleng kan kepalanya. Ia berusaha mereda suasana dengan memberi ilustrasi. Fandi mengambil sebuah potongan kardus,lalu menunjukkan kepada mereka lalu menjelaskannya.
“Coba lihat kardus ini,tentu saja akan kalian anggap sampah dan harus di berada di tempat sampah kan? Justru kardus ini setelah di daur ulang bisa menjadi tempat sampah unik,tas lucu,dan barang lainnya”
“Aku hanya ingin bilang, kardus yang hanyalah barang rongsokan tapi memiliki manfaat bagi kita atau kehidupan. Tidak seharusnya kita menjelek-jelekkan teman sendiri, bahkan tentang keluarganya.
Biyan itu punya hak yang sama untuk melanjutkan pendidikannya, kekurangan fisik bukan alasan untuk tidak sukses” Lanjut Fandi.
“Fandi, diakan cacat dari bayi, pasti dia juga bodoh” Ucap Fadin merasa tahu segala hal.
“Biyan cacat bukan dari bayi, namun saat ia berada di kelas 5 mengalami kecelakaan. Sebaiknya stop bullying, itu tidak baik. Harusnya kalian menerima dan saling menghargai tanpa melihat kekurangan dan kelebihan teman kita.” Jelas Fandi.
“Bullying itu apa? Apa perbuatan kita masuk bullying?” Tanya Dafeer.
“Bullying itu Tindakan yang dilakukan seseorang dengan maksud menghina,mengolok-
olok,merendahkan bahkan. Tindakan fisik itu termasuk bullying. Yang kamu lakukan itu termasuk Tindakan bullying.” Jelas Fandi lagii.
Dengan rasa bersalah ,Dafeer ,Erlan,Fadin meminta maaf kepada Biyan atas sifat buruknya. Ia berjanji dihadapan Biyan dan Fandi untuk tidak akan melakukan perbuatannya lagi.
Beberapa bulan berlalu , saatnya dia perlaksanaan ujian semester ganjil. Biyan tetap tenang
menunggu ujian dimulai. Dan dia melihat Dafeer seperti cacing kepanasan. Ia mendekatinya dan
memberikan buku catatannya dan mengajari Dafeer. Dafeer tak menyangka jika orang yang sudah ia bully masih mau membantunya.
Nilai yang diperoleh Biyan sangat baik dengan nilai 90, sedangkan Dafeer memperoleh nilai 80. Betapa banggannya yang mendapatkan nilai 80, padahal ia tidak yakin. Dafeer menyadari jika yang ia peroleh ini karena kebaikan Biyan. Ia malu dan menyesal telah menyakiti Biyan.
“ Biyan, terima kasih ya, kamu memang genius, kamu layak menjadi Bintang kelas. Aku sadar kelemahan fisik bukan berarti kelemahan otak.” Ucap Dafeer
“ Sama-sama, Dafeer. Kunci kesuksesan cuma satu, belajar menerima diri dan yakin pada kemampuan yang dimiliki.”
Kontributor : PIP PD IPM Pemalang