Logika koplok: Pembelajaran tanpa arah

Oleh: Susilo Hadi Prayitno,S.Pd.,MSI
Pendidikan wajib menjadi alat untuk memanusiakan manusia. Namun, realita di lapangan menunjukkan banyaknya kebijakan yang justru mengabaikan logika, nalar sehat, konteks, dan kebutuhan peserta didik. Sistem pendidikan kita terlalu sering dijalankan dengan pendekatan yang bisa dibilang “koplok” lemah berfikir, malas, tidak respon maksudnya asal jadi, tidak terencana, dan tidak terprogram.
Dunia pendidikan yang kita amati sekarang adalah situasi riil adanya perubahan kurikulum yang begitu cepat tanpa kesiapan menyeluruh dari guru, sekolah, maupun siswa.
Kurikulum yang sekarang misalnya, membawa semangat baik, tapi implementasinya masih tambal sulam. Banyak guru kebingungan, siswa tidak paham arah pembelajaran, dan orang tua kehilangan kepercayaan pada sistem. Ini bukan kemajuan, ini kekacauan yang dibungkus jargon modern.
Apalagi ada penekanan yang berlebih pada ujian sebagai tolok ukur keberhasilan. Akhirnya sekolah berlomba mengejar angka, standar nilai raport dengan klasifikasi baik menjadi kebanggan siswa, guru, dan orang tua . Mereka mengejar angka-angka tetapi mengesampingkan kualitas. Siswa belajar hanya untuk lulus, bukan untuk memahami. Guru disibukan dengan berbagai administrasi dari pada membimbing siswa dengan hati.
Inilah yang bisa disebut sebagai sistem “koplok” kebijakan yang tidak memihak murid, tidak memberdayakan guru, dan tidak menyentuh problematika yang dihadapi.
Pendidikan harus diperbaiki, pendidikan harus dibenahi dengan mendengarkan mereka yang terlibat langsung dan punya banyak pengalaman : Guru, siswa, dan orang tua.
Bukan hanya para birokrat dibalik meja. Kita perlu sistem yang terarah, terukur, dan masuk akal. Sistem yang mendorong kreativitas, bukan menumpulkan daya pikir. Pendidikan harus kembali menjadi ruang berkembangnya anak, bukan sekadar produk nilai. Dengan hanya memberi nilai baik tanpa mempertimbangkan kualitas anak tersebut.
Cukuplah kita membiarkan generasi muda tumbuh dalam sistem “koplok”. Saatnya pendidikan dijalankan dengan hati, akal sehat, dan visi yang jelas.